1.
Kawah Karaha
Jika Bandung punya kawah
Tangkuban Perahu dan Kawah Putih serta Garut punya kawah Talaga Bodas, maka
Tasikmalaya punya kawah Karaha. Karakteristik kawah Karaha tidak seperti yang
lainnya memiliki sejenis danau belerang panas, maka di Karaha berbentuk
hamparan pasir batuan. Hanya ada sedikit aliran dan gengangan air belerang.
Selain itu wilayah kawah yang relatif datar dengan pemandangan yang agak
gersang dengan semak belukar khas memberikan pemandangan unik dan memmorable
untuk diabadikan. Barangkali untuk photo session tematik, tempat ini bisa
dijadikan alternatif.
Kawah Karaha berada di
wilayah Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya. Untuk mencapai kawah Karaha
cukup mudah, yaitu dijangkau dari arah jalan nasional Bandung - Tasikmalaya. Dari
arah Bandung atau Tasikmalaya masuk dari simpang jalan Kadipaten yaitu sebelum
atau setelah tanjakan Gentong. Jalan ini sebenarnya bisa tembus ke arah
Wanaraja, Kabupaten Garut yang dekat dengan kawah Talaga Bodas. Kondisi jalan
cukup baik beraspal hingga ujung perkampungan dan selanjutnya masuk kawasan geo
thermal milik Pertamina. Disini kita bisa minta izin ke petugas penjaga untuk
mengunjungi lokasi kawah Karaha.
Perjalanan setelahnya berupa
jalan batu melintasi hutan cemara. Tidak begitu jauh dari akses masuk tersebut
kita sudah sampai di kawah Karaha. Karena kawasan ini belum diperuntukkan untuk
kawasan wisata, maka tempat ini seadanya kita parkirkan kendaraan. Yang penting
kita pastikan mobil dalam kondisi aman. Maklum karena daerah ini minim
pengawasan sehingga kita sendiri yang menjaga diri.
Selebihnya kita bisa nikmati
lokasi – lokasi yang patut untuk diambil gambarnya. Baik di daerah bukit kecil,
hamparan pasir atau semak belukar, dan sebagainya. Masing – masing punya daya
tarik tersendiri.
2.
Batu
mahpar
Lokasi Batu Mahpar berada di
Desa Sukamulih, Kecamatan Sariwangi. Akses menuju tempat ini dapat kita jangkau
dari sebelum bundaran Singaparna apabila dari arah Tasikmalaya kemudian masuk
ke jalan menuju Sariwangi. Batu Mahpar Sariwangi semula hanya bekas lelehan
magma Galunggung yang mengisi sungai dan kini membeku menjadi batu mengkilat.
Tempat yang semula biasa saja kini menjelma menjadi tempat pariwisata yang
menjanjikan. Pemandangan unik batuan beku hasil lelehan lava menjadi daya tarik
wisatawan. Pada musim hujan, relung antara batuan berisi aliran air jernih yang
mirip kolam - kolam mini.
Tempat ini sekarang sudah
mulai dikenal orang sehingga pada hari sabtu minggu atau hari libur banyak
pengunjung datang kesini. Pada saat penulis datang ke tempat ini masih belum
dikenakan tarif alias gratis. Hanya parkir saja yang dikelola oleh masyarakat
lokal. Banyak tempat jualan dadakan di dalam lokasi yang sayangnya kurang
tertata sehingga memberi kesan semrawut. Ditambah dengan kelakuan pengunjung
yang membuang sampah sembarang sehingga mengganggu pemandangan indah ini.
Di bagian atas hamparan
batuan terdapat resort taman dengan beberapa saung. Sekali lagi saat penulis
datang masih gratis. Oya tempat wisata batu mahpar ini milik seorang kaya yang
berasal dari daerah ini. Resort pondok sederhana ini memiliki pemandangan yang
lumayan indah karena tempatnya yang tinggi di sisi batu mahpar. Tidak heran
banyak orang yang berfoto dan berswafoto ria di tempat ini.
Kelebihan lain dari tempat
wisata ini juga terdapat obyek wisata lain yaitu air terjun, gua dan sungai.
Letak tebing tersebut berada di bagian bawah batu mahpar yang dihubungkan
dengan tangga beton dan tangga kayu. Cukup aman. Pada bagian awal tangga kita
harus agak menunduk melewati batuan tebing yang menjorok. Dari batuan mengalir
air sejuk seperti tirai.
Curug Nagara Sunda
Berdasarkan informasi
terdapat 4 air terjun atau curug di sekitar tebing yaitu Curug Nagara Sunda,
Curug Manawah, Curug Mahkota dan Curug Kahuripan. Pada bagian pertama kita akan
mendapatkan suasana kedamaian dengan hadirnya Curug Nagara Sunda. Entah kenapa dinamakan. Curug
tersebut jatuh tegak lurus dan jatuh di kolam buatan. Tidak tinggi hanya
sekitar 15 m. Sedangkan kolam di bawahnya lebih banyak digunakan untuk sekedar
membasuh tubuh karena dipercaya mempunyai khasiat tertentu. Mungkin kita risih
kalo menyebur ke dalam kolam yang tidak terlalu dalam. Dekat curug tersebut
terdapat gua buatan yang juga dianggap memiliki kharisma supra natural bagi
yang mempercayai.
Curug Manawah
Curug Mahkota
Selanjutnya kita turun ke
bawah hingga dasar jurang. Curug terindah adalah Curug Manawah dengan pancuran
airnya yang cukup deras dan dengan ketinggian sekitar 40 m.Curug ini merupakan
limpahan langsung dari aliran air Batu Mahpar. Pada musim hujan lokasi curug
ini rawan dengan longsor. Oleh karena itu kalau hendak main air di sekitar
curug hendaknya melihat situasi. Sebaliknya kalau musim kemarau tidak banyak
aliran air sehingga kurang indah.
Curug Mahkota memiliki
ketinggian sekitar 20 m.Untuk menuju ke curug ini belum ada jalan yang memadai
sehingga harus melalui pinggir tebing yang cukup berbahaya. Sedangkan Curug
Kahuripan yang letaknya paling jauh dengan ketinggian sekitar 10 m dapat
dijangkau
Malaganti Center
Terletak di Desa Sukaharja, Kecamatan Sariwangi. Apabila kita hendak menuju lokasi pariwisata Curug Cimedang atau Batu Mahpar, pasti kita akan melewati Malaganti Centre. Tepatnya berada di pertigaan jalan menuju dua tempat wisata tersebut. Sebuah rumah panggung terbuat dari kayu berkualitas yang dikelilingi taman dan kolam hias, sangat layak untuk dijadikan lokasi foto. Hanya saja kita perlu izin masuk terlebih dahulu, mengingat lokasi ini sebenarnya merupakan sebuah yayasan yang menyelenggarakan pendidikan pesantren dan sekolah umum.
Malaganti Center
Terletak di Desa Sukaharja, Kecamatan Sariwangi. Apabila kita hendak menuju lokasi pariwisata Curug Cimedang atau Batu Mahpar, pasti kita akan melewati Malaganti Centre. Tepatnya berada di pertigaan jalan menuju dua tempat wisata tersebut. Sebuah rumah panggung terbuat dari kayu berkualitas yang dikelilingi taman dan kolam hias, sangat layak untuk dijadikan lokasi foto. Hanya saja kita perlu izin masuk terlebih dahulu, mengingat lokasi ini sebenarnya merupakan sebuah yayasan yang menyelenggarakan pendidikan pesantren dan sekolah umum.
3.
Tonjong Canyon
Jika Pangandaran memiliki Green Canyon, maka
Tasikmalaya memiliki bentang alam yang serupa yaitu Tonjong Canyon.Memang
ukuran besar dan tinggi tebing serta derasnya sungai tidak sebagus Green
Canyon.Tetapi susunan batuan dan letaknya yang unik, memberikan kesan
tersendiri.
Letak lokasi
ini berada di Kampung Babakan, Desa Nagrog, Kecamatan Cipatujah. Dari jalan raya menuju Cipatujah, tepatnya di
kebun karet Bagjanagara terdapat
jalan ke arah Culamega. Masyarakat menyebutnya simpang
tersebut simpang Nagrog, karena memang jalan tersebut masuk Desa
Nagrog terlebih dahulu. Simpang jalan tersebut berada
di sebelah kanan bila arah dari Tasikmalaya. Kondisi jalan bagus di awal tetapi
di bagian tengah dan seterusnya kondisi jalan lumayan buruk.
Secara khusus memang tidak
ada petunjuk lokasi dimana persisnya kita mulai masuk ke lokasi. Tidak ada yang
lebih diandalkan selain bertanya ke penduduk setempat. Tapi jangan khawatir,
hampir semua penduduk bisa menunjukkan arah ke lokasi Tonjong Canyon. Setelah
sampai di tempat tujuan kita harus menitipkan kendaraan dan melanjutkan dengan
jalan kaki melewati lahan pertanian dan semak belukar. Tidak jauh sih ± 500 m,
tetapi kondisi medan lumayan menukik tajam, membuat lelah.
Setelah fisik kita diuji, sampailah
di ngarai indah yaitu Tonjong Canyon. Ngarai ini berupa tebing besar dengan posisi
tegak lurus dan pada bagian dindingnya memiliki bentuk beragam seperti di pahat
alami. Di bawah ngarai mengalir air Sungai Tonjong yang berwarna hijau bening kontras
dengan dinding tebing berwarna putih kecoklatan menambah indahnya pemandangan.
Aktifitas di tempat ini
selain menikmati keindahan sebenarnya bisa juga berlayar sepanjang tebing –
tebing. Tetapi untuk itu kita harus ke tempat pangkalan perahu yang letaknya
lumayan jauh. Apabila mempunyai peralatan lengkap bisa juga terjun dan berenang
di sungai. Tetapi harus hati – hati karena medannya yang ekstrim dan kedalaman
air mencapai 8 m. Demikian pula apabila hendak mengambil foto harus
memperhatikan kondisi batuan yang kita pijak. Pada musim hujan menjadi licin
yang beresiko menyebabkan kecelakaan fatal.
4.
Citoe
Selain Tonjong Canyon,
Tasikmalaya juga memiliki wisata alam sejenis yaitu Citoe. Obyek wisata ini merupakan
rangkaian antara ngarai, jeram mini dan curug. Benar – benar kita terpuaskan
dengan pemandangan alam yang indah dan tentunya bentang alam yang kita
manfaatkan untuk rekreasi air. Kita bisa berenang, body rafting atau mungkin
kano jika ada peralatan sendiri.
Citoe sebenarnya merupakan
sebuah lubuk (leuwi dalam bahasa Sunda) yang airnya berasal dari curug dan
sungai kecil. Leuwi tersebut oleh masyarakat dinamakan Leuwi Pengawelan.
Selanjutnya air dari leuwi mengalir lagi menjadi sungai kecil. Yang menjadi
daya tarik pengunjung adalah di bagian leuwi ini. Airnya sangat jernih dan
sejuk sehingga mengundang kita untuk berenang. Tetapi pengunjung harus hati –
hati jika ingin berenang di perairan ini karena cukup dalam yaitu di atas 5 m.
Kejadian terakhir adanya 2 siswi SMA yang tenggelam karena tidak bisa berenang.
Sebenarnya terdapat beberapa
leuwi, namun yang terkenal adalah Leuwi Pengawelan. Curug yang mengalirkan air
di Leuwi Pengawelan dinamakan Curug Citoe. Selebihnya juga terdapat beberapa
curug dan yang cukup memukau adalah curug di sebelah hilir yang lebih tinggi
dari Curug Citoe. Pokoknya liburan di Citoe bisa menghabiskan waktu seharian.
Karena itu disarankan sejak pagi sudah tiba di lokasi Citoe supaya puas.
Sumber foto : http://ngabolangngabolang.blogspot.co.id/2016/03/pangewelan-citoe-pancatengah.html
Sumber foto : http://ngabolangngabolang.blogspot.co.id/2016/03/pangewelan-citoe-pancatengah.html
Akses menuju Citoe memang
lumayan jauh. Lokasi Citoe berada di kampung Sukajaya desa Pangliaran kecamatan
Pancatengah. Jalur utamanya adalah Tasik - Cikatomas. Setelah pasar Cikatomas
kita akan bertemu SPBU lalu ambil jalan ke kiri ke arah Tawang, ke arah Curug
Dengdeng. Perjalanan terus menuju Cikalong dan Pancatengah sampai menemukan
pertigaan daerah Ciwatin. Dari pertigaan Ciwatin belok kiri dan kembali
mengikuti jalan utama hingga sekitar 13 km tiba di lokasi. Perjalanan berakhir
di sebuah warung tempat jualan bensin yang terdapat gapura nya di sebelah kanan
yang merupakan jalan masuk menuju kampung Sukajaya.Apabila anda ragu sebaiknya
bertanya kepada warga setempat.
Dari gapura tersebut kita
masih harus berkendaraan pelan - pelan ke lokasi sekitar 2 km. Sebaiknya kita
banyak bertanya kepada warga karena banyak persimpangan sepanjang perjalanan.
Di pertigaan yang pertama kita ambil kiri. Setelah itu kita akan menemui lagi
pertigaan yang kedua, kita ambil kiri lagi. Kemudian pertigaan ketiga kita
ambil belokan ke kanan sampai pada pertigaan yang terakhir kita ambil lagi ke
arah kanan sampai bertemu sebuah rumah panggung dan Tajug (mushola kecil).
Disini kita bisa menitipkan kendaran di rumah penduduk. Setelah memarkirkan
kendaraan perjalanan berlanjut dengan jalan kaki sekitar 15 menit dengan
mengitari (sawah) dan bukit kecil. Tidak lama meniti sawah, sampailah kita di
Citoe.
Selain wisata air di Citoe,
di Desa Pangliaran terdapat lebih dari 10 goa dengan berbagai ukuran. Sayangnya
goa – goa tersebut belum tersentuh sehingga hanya bisa dilihat dari luar saja.
5.
Taman
Batu
(Stone Garden)
Wisata alam pada umumnya
adalah menikmati obyek alam yang sudah tersedia seperti pantai, curug dan situ.
Tetapi ada suatu tempat yang semula merupakan daerah pertambangan tetapi
setelah ditinggal justru memberikan pemandangan unik, sebut saja misalnya bekas
penambangan timah di Bangka atau bekas penambangan batubara di Sawah Lunto.
Tempat serupa yang ada di Kabupaten Tasikmalaya adalah Taman Batu Parung
Ponteng. Penuturan penduduk sekitar bahwa dahulu pada masa penjajahan Belanda
pernah ada penambangan batu marmer.
Sekilas memang dilihat dari
bentuk tebing sepertinya memang pernah dipotong/ digergaji. Yang jelas memang
memberikan pemandangan unik. Kita seperti berada di lokasi film “Kong : Skull Island”
atau “Jurassic Park”. Banyak spot di lokasi ini yang bisa dieksplor
keindahannya. Tentunya itu memakan tenaga karena mau tidak mau kita harus naik
turun bukit.
Bagi anda yang tertarik
datang ke obyek wisata ini, lokasinya berada di Kampung Bebadahan, Desa
Cigunung, Kecamatan Parung Ponteng. Dari Tasikmalaya kita ambil jalur ke arah
Cipatujah. Setelah lewat Kecamatan Sukaraja, kita akan menjumpai simpang jalan
ke Parung Ponteng. Ada petunjuk arah di simpang tersebut. Selanjutnya kita
tinggal mengikuti jalan dan berhenti di wilayah Desa Cigunung. Menurut penulis,
jalur yang terdekat adalah dari Kampung Sawahilir. Kita bisa titipkan kendaraan
di rumah penduduk. Selanjutnya kita menempuh perjalanan dengan jalan kaki
dengan jarak sekitar 800 meter.
Ketika tiba di lokasi kita
akan dibuat kagum dengan berbagai bongkahan batuan kalsit dengan berbagai
ukuran. Ngarai besar hasil dari aktivitas penambangan masa lalu dan batuan yang
teronggok sangat indah untuk difoto. Di sisi lain Gunung Batu berada di bagian
atas menambah indah pemandangan.
6.
Taman
Jasper
Pada saat booming batu akik
banyak orang mencari batuan tersebut di daerah – daerah pedalaman. Sebenarnya
sebelum masa booming tersebut pernah ada penambangan batu merah secara besar –
besaran di wilayah Tasikmalaya Selatan. Taman Jasper, orang menyebutnya
demikian, merupakan bagian dari Sungai Cimedang yang mengandung batuan jasper,
sejenis batu mulia yang mempunyai karakteristik unik dan indah. Jasper yang
berada di Kecamatan Pancatengah ini berwarna merah mengkilat.
Di bagian sungai ini banyak
batuan jasper dengan ukuran kecil dan menengah. Beberapa ukuran besar teronggok
di sekitar tengah sungai. Pada saat siang hari cerah, batuan tersebut tampak
mengkilat. Penuturan penduduk setempat, sekitar tahun 1994 - 2004 telah
dilakukan penggalian batu besar – besaran. Batu – batuan yang bagus diambil,
tidak jarang yang bernilai tinggi. Bahkan, konon, ada batu seberat 200 ton yang
dicongkel dari wilayah ini. Kabarnya batuan tersebut diekspor ke Jepang. Yang
jelas, penggalian besar – besaran sangat merugikan yaitu rusaknya lingkungan,
hilangnya kekayaan alam, dan sebagainya. Sementara yang dapat dinikmati oleh
penduduk hampir tidak ada. Tidak ada sedikitpun misalnya pembangunan atau
perbaikan kesejahteraan. Tetap saja masyarakat sengsara dan infrastruktur juga
kondisinya buruk. Ketika aktivitas penambangan dilarang pada tahun 2004,
segalanya sudah terlambat, sudah hampir habis secara ekonomis dan ekologis.
Sayang...
Terlepas dari masa lalu,
saat ini Taman Jasper menjadi daya tarik meskipun letak lokasinya jauh dari
jalan raya. Lokasi tersebut berada di wilayah Desa Cibuniasih, Kecamatan
Pancatengah. Jalur jalan yang ditempuh adalah dari Tasikmalaya menuju arah
Cikatomas. Setelah melewati pusat kota Cikatomas masih terus ke arah Selatan
sampai kita bertemu dengan simpang ke arah Pancatengah. Plang petunjuk arah ada
dekat simpang sehingga kita lebih yakin. Seterusnya kita ikuti jalan yang
kondisi aspalnya banyak lobang sampai ke simpang menuju Desa Cibuniasih. Di
jalan desa ini kondisi jalan lebih parah hingga ke tempat parkir. Untuk arah
dan tempat persis akses ke lokasi kita harus banyak bertanya kepada penduduk.
Untuk sampai ke lokasi yang
terdapat batu besar jasper kita harus melewati sawah milik penduduk dan minta
ijin. Sedangkan bagian lainnya kita ambil bagian turunan yang curam sekali.
Tetapi setelah sampai di sungai Cimedang kita benar – benar terpesona oleh keindahan
batuan jasper yang berada di sekitar sungai tersebut.
7. Pamijahan
8. Goa Malawang
Pada umumnya masyarakat yang
berziarah di Jawa Barat wajib mengunjungi makam Sunan Gunung Jati (Cirebon), makam
Mbah Panjalu ( Sayyid Ali Bin Muhammad Bin Umar /Hariang Kencana) (Ciamis) dan
makam Syekh Abdul Muhyi (Tasikmalaya). Tempat ziarah di Tasikmlaya tersebut
adalah di Pamijahan. Pamijahan merupakan nama desa yang terletak di Kecamatan
Bantarkalong. Ya nama Pamijahan seakan lebih terkenal sebagai tempat ziarah
dibandingkan sebagai nama desa.
Secara umum Pamijahan tidak
pernah sepi dari pengunjung yang datang dari berbagai tempat di tanah air.
Sudah menjadi tujuan ziarah secara nasional. Puncak kunjungan adalah pada bulan
Rabiulawal, Rajab, Syawal dan Dzulhijjah. Hal itu karena dikaitkan dengan hari –
hari besar Islam.
Tempat ziarah yang utama dikunjungi
adalah kompleks makam Syekh Abdul Muhyi dan Gua Pamijahan. Goa Pamijahan disebut juga Goa Safarwadi, karena dipercaya dari goa ini dapat mengantarkan orang - orang terpilih ke berbagai tempat seperti Cirebon, Banten dan Makkah. Letak goa ini berada
tidak jauh dari kompleks makam. Kompleks makam terdiri dari makam Syekh Abdul
Muhyi, kerabat dan murid – muridnya. Khusus makam utama yaitu makam Syekh Abdul
Muhyi ditutup dengan dinding. Sedangkan untuk Goa Pamijahan tidak jauh berbeda
dengan goa pada umumnya yaitu terdapat banyak stalakmit dan stalaktit.
Di dalam gua terdapat
sekat-sekat yang mirip ruang dalam sebuah bangunan. Di dalam Goa Pamijahan
adalah juga terdapat beberapa lubang-lubang seperti mulut goa. Disekitar tempat inilah banyak orang – orang melakukan
semacam meditasi yang dikisahkan menjadi 'jalan tembus menuju berbagai tempat seperti yang disebutkan di atas'. Tidak kalah unik kepercayaan masyarakat adalah mata air yang terdapat di dalam goa
dianggap sebagai air zam zam.
Secara keseluruhan lokasi
wisata sudah ditata sedemikian rupa baik untuk tempat parkir maupun tempat
berjualan. Tempat parkir disamping lapangan utama juga terdapat beberapa
kantong parkir. Bila membutuhkan istirahat terdapat beberapa penginapan dan
hotel melati. Tempat berjualan dibuat semacam lorong dengan kanan kirinya
berbagai lapak jualan. Disini kita dapat menemukan berbagai souvenir, kebutuhan
pribadi hingga warung makan. Pendek kata kita tak perlu khawatir bila lapar
atau membutuhkan perangkat pribadi seperti sabun, dan sebagainya.
8. Goa Malawang
Salah satu obyek wisata
bertema goa yang patut dikunjungi adalah Goa Malawang. Goa ini mempunyai
diameter yang cukup lebar dan tinggi sehingga layak untuk jadi tempat wisata. Goa
Malawang tepatnya berada di Kampung Wangunwati dan Kampung Nagrak, Desa
Sukawangun, Kecamatan Karangnunggal. Jalan menuju tempat ini adalah dari jalan
raya Tasikmalaya – Cipatujah sebelum alun – alun Karangnunggal terdapat simpang
Bojongasih. Dari simpang ini terus masuk menuju Desa Sukawangun. Kita bisa tanya
ke penduduk letak lokasi Goa Malawang.
Titik masuk Goa Malawang
adalah melalui perkampungan dan lahan pertanian penduduk. Jalan menuju goa
tersebut tidak tersedia khusus sehingga mau tidak harus banyak bertanya. Lebih
baik menggunakan penduduk setempat agar lebih pasti ke lokasi goa. Disamping
itu sebenarnya dekat dengan Goa Malawang terdapat beberapa goa dan ceruk yang
membentuk kompleks goa. Sebagian orang menyebut kompleks goa tersebut sebagai
Malawang, Batu Masigit dan Gorin.
Goa Malawang berada di
tengah kebun karet dan lahan pertanian penduduk. Untuk masuk ke dalam goa membutuhkan
usaha yang lumayan melelahkan karena harus meniti pematang sawah, naik turun
medan dan menyeberangi sungai kecil. Sampai di Goa Malawang kita akan dibuat
takjub karena rongga goa yang luas. Dasar goa sebenarnya merupakan aliran
sungai kecil, sehingga mau tidak mau kita harus melewati bagian yang tergenang
untuk menyusuri goa.
Goa Arca
Goa Arca merupakan bagian
dari kompleks Goa Malawang. Tempat ini memang agak tersembunyi di kebun
penduduk. Keistemewaan Goa Arca ini merupakan salah satu situs sejarah yang
dibuktikan dengan temuan berbagai artefak dan tulang belulang hewan purba. Situs
ini telah terdaftar secara resmi sebagai situs purbakala yang ditunjukkan
dengan terpasangnya papan pemberitahuan dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Isi Goa Arca memang tidak
sebesar Goa Malawang. Tetapi rongga di dalam goa cukup memberi rasa penasaran
untuk memasukinya. Jangan kuatir pengap karena goa ini bukan goa tertutup
seperti pada umumnya goa. Sebagian rongga goa ini merupakan bagian yang terbuka
meskipun cukup sempit karena letak batunya berdekatan.
Goa Daha Cikalong
Wilayah Kabupaten Tasikmalaya bagian tengah didominasi
oleh perbukitan. Beberapa tempat berbukit memiliki goa dengan berbagai ukuran.
Goa Daha salah satunya, yang terletak di wilayah bagian tengah Kabupaten
Tasikmalaya, tepatnya di Kampung Batulawang Desa Cikalong, Kecamatan
Sodonghilir. Goa ini dipercaya sebagai salah satu petilasan dan terdapat makam Syekh
Tubagus Anggariiji yang berasal dari Banten. Beliau adalah murid Syeh Abdul
Muhyi Pamijahan, penyebar agama islam di wilayah Jawa Barat Selatan.
Jalan menuju Goa Daha yaitu dari Kota Tasik mengambil
jalur ke Singaparna hingga simpang Warung Peteuy. Jalur ini merupakan jalan ke
arah Taraju dan Sodong Hilir, ambil jalan terus hingga bertemu pertigaan yaitu ke
kanan ke Taraju sedangkan ke kiri ke Sodong Hilir. Rute yang diambil adalah ke
arah Sodong Hilir. Tidak jauh dari simpang tersebut di sebelah kanan terdapat plang
Goa Daha. Letak lokasi tersebut hampir persis di tikungan menurun, sehingga
kalau tidak jeli bisa terlewat.
Di titik lokasi tersebut kita bisa titipkan mobil,
sedangkan motor masih bisa masuk ke dalam lagi. Jalan kaki melewati jalan semen
PNPM sekitar 300 m hingga di lahan pertanian penduduk. Tidak ada plang khusus,
sehingga kita perlu tanya ke penduduk. Letak goa itu sendiri harus turun ke
bawah, kurang lebih di tengah – tengah bukit. Goa Daha berbentuk semi terbuka.
Oleh penduduk setempat sudah dibangun tangga semen dengan pegangan besi.
Lumayan sangat membantu.